Selasa, 04 Oktober 2011

10 Spesies Kadal Paling Unik Sekaligus Mengerikan

Kadal adalah reptil unik dengan kemampuan adaptasi yang luar biasa, di banyak tempat terutama di daerah dengan cuaca dengan panas yang ekstrem banyak kita jumpai spesies kadal dengan bermacam-macam bentuk, juga mekanisme adaptasi dan pertahanan yang luar biasa mengagumkan... dan berikut ini adalah 10 Spesies kadal yang paling aneh dan menyeramkan

10. Phrynocephalus


Juga disebut Toadhead Agama, kadal kecil yang tinggal di gurun ini menunjukkan beberapa perilaku anehnya. Mereka berkomunikasi satu sama lain dengan mneurunkan dan menaikkan ekor mereka, tubuh mereka bergetar saat mengubur dirinya sendiri dengan cepat di pasir dan akan menakut-nakuti predator dengan tampangnya yang aneh sekaligus sangar, mulut yang berwarna-warni, terlihat di sini.

9. Brookesia minima


Bunglon adalah reptil yang sangat unik ,dengan jari kaki mereka menyatu menjadi seperti penjepit lobster , ekor mereka dapat memegang, mereka mengekspresikan suasana hati mereka dengan mengubah warna, teropong seperti bola mata mereka bergerak secara independen satu sama lain dan lidah panjang mereka bisa diluncurkan pada masa serangga seperti senapan harpun . Yang Tidak biasa dari jenis bunglon, adalah Brookesia minima, bunglon kurcaci daun, yang menjadi salah satu reptil terkecil yang pernah ditemukan manusia.

8. Phrynosoma


Kadal ini berjuluk "kodok bertanduk", tubuh gemuk meliputi tanduk pelindung yang tebal dan duri. Mendiami lahan kering, lingkungan berpasir, mereka makan semut dan yang mengagumkan membanggakan salah satu mekanisme yang paling mengerikan pada perthanan alam , ketika ketakutan, beberapa spesies dapat mengalirkan tekanan darah di kepala mereka sampai pembuluh kecil di sekitar mata mereka pecah, menyemprotkan aliran darah kepada si penyerang. kemungkinan sejenis darah yang asam ini diambil dari asam pada semut, memungkinkan mamalia predator tahu bahwa menyerang kadal gemuk ini hanya membuang-buang waktu mereka. namun Sayangnya, burung tidak terlalu perduli dengan semprotan kecut ini

7. Moloch horridus


Meskipun sama sekali tidak berhubungan dengan kodok bertanduk, atau kadal "setan berduri" ,"moloch" telah mengembangkan banyak karakteristik yang sama dalam menanggapi lingkungan padang pasir, termasuk badan berduri, kamuflase berpasir dan diet dengan mengkonsumsi semut . Duri mereka membuat kadal ini agak sulit untuk ditelan oleh sang predator,

6. Hydrosaurus pustulatus


Melihat seperti merangkak langsung dari zaman Permian, kadal sailfin Filipina adalah omnivora amfibi pemakan buah-buahan, kacang-kacangan dan mangsa serangga kecil lainnya di dekat sungai tropis. Jari-jari kaki mereka diratakan memungkinkan spesimen kecil untuk melarikan diri predator dengan berjalan di atas air, suatu sifat yang juga dimiliki dengan kadal "Basilisk" atau kadal "JEsus".jantan dewasa yang dikenal mempunyai warna biru yang indah, merah atau bahkan pola warna ungu, yang dapat Anda lihat di sini:

5. Amblyrhynchus cristatus


Iguana laut kepulauan Galapagos ini membanggakan gaya hidup yang tidak dimiliki oleh reptil lain; seperti penguin atau singa laut, mereka menghabiskan seluruh hidup mereka di garis pantai, menyelam ke dalam air untuk makanan mereka. Charles Darwin dikenal jijik oleh hewan-hewan ini ketika ia pertama kali menemukannya, dan menyebut kadal ini dengan julukan "“imps of darkness.”

4. Tokek Terbang


Banyak tokek memiliki kemampuan luar biasa untuk berlari pada permukaan apapun - bahkan kaca yang halus - berkat cabang mikroskopis pada kulit jari kaki mereka, velcro seperti bahan pada tingkat molekuler. Tokek terbang menggunakan kaki berselaput, ekor luas dan kepakan kulit untuk meluncur dari pohon ke pohon, seperti tupai terbang .

3. Heloderma suspectum


hampir mirip dengan "kadal manik-manik," Gila Monster pernah diakui sebagai salah satu kadal di dunia dengan gigitan berbisa, memberikan neurotoksin yang menyakitkan melalui alur gigi tajam ang kecil, Kita sekarang tahu bahwa kadal lain ada juga yang memiliki bisa,meski dengan racun ringan, dan kadal "GIla Monster" masih yang paling beracun

2. Bipes biporus


Kadal tikus meksiko atau "baja Worm" secara teknis bukan kadal ataupun ular, tapi Amphisbaenian.Reptil aneh ini umumnya mempunyai anggota badan yang kurang pada penglihatan, menghabiskan seluruh hidup mereka bawah tanah di mana mereka berburu cacing dan serangga.B. biporus ini cukup aneh, karena memiliki 2 kaki depan dengan cakar keil namun tidak memiliki kaki belakang

1.Varanus komodoensis


Komodo adalah kadal karnivora terbesar yang masih hidup saat ini , kadang-kadang mencapai hampir sepuluh meter panjangnya. Meskipun banyak dari makanan mereka bangkai busuk, mereka juga akan mengejar mangsa hidup yang besar seperti rusa untuk memberikan satu gigitan, setelah itu mereka hanya perlu menunggu saat korban mulai kehilangan darah dan terkena infeksi.Berkat pola makan bangkai , air liur mereka cukup kaya dengan bakteri serius yang bisa melemahkan mangsa, dan studi terbaru menunjukkan bahwa mereka juga memiliki racun.Selain itu, naga asli Indonesia ini dapat mengendurkan rahang mereka, meregangkan leher mereka dan mengeluarkan pelumas lendir berwarna merahuntuk menelan mayat secara utuh.

sumber

Embrio Berbagai Jenis Hewan Dalam Kandungan

Diambil dari sebuah acara di National Geographic yang dipandu oleh Peter Chinn kita bisa menyaksikan bagaimana rupa dan bentuk berbagai jenis hewan semasa embrio dalam kandungan sang induk, mulai dari embrio gajah, embrio anjing, kucing, pinguin, lumba-lumba (Dolphin) hingga embrio ikan hiu.
" embrio-janin hewan dalam kandungan"
" embrio-janin hewan dalam kandungan"
" embrio-janin hewan dalam kandungan"
" embrio-janin hewan dalam kandungan"
" embrio-janin hewan dalam kandungan"
" embrio-janin hewan dalam kandungan"
" embrio-janin hewan dalam kandungan"
" embrio-janin hewan dalam kandungan"
" embrio-janin hewan dalam kandungan"
" embrio-janin hewan dalam kandungan"
sumber: http://ruanghati.com/2009/12/18/foto-menakjubkan-embrio-berbagai-jenis-hewan-dalam-kandungan/

Penemuan Ikan Purba dari Jaman Dinosaurus di Sulawesi Utara



Sabtu, 19 Mei 2007 telah ditemukan Ikan Raja Laut, jenis ikan purba yang dikenal dengan sebutan coelacanth (Coelecanth latemeria), dekat Pantai Malalayang, Manado, Sulawesi Utara. Penemuan ikan coelecanth di perairan Sulawesi Utara ini, merupakan penemuan kedua kalinya, setelah penemuan pertama terjadi pada 1998 di Pantai Manado Tua. Ikan, dengan panjang sekitar 130 cm, lebar 46 cm dengan bobot sekitar 50 kg, yang dianggap sudah punah 65 juta tahun silam ini ditemukan hidup-hidup oleh Yustinus Lahama dan anaknya Delfi Lahama, nelayan dari Kelurahan Bahu Kecamatan Malalayang.

Yustinus dan anaknya pada hari itu, pergi kelaut untuk memancing ikan untuk dikonsumsi sendiri. Setelah sekitar 5 menit menenggelamkan umpan ikan malalugis dikedalaman kira-kira 70 meter, mereka merasa kail tersangkut sesuatu yang besar. Setelah diangkat, mereka melihat ikan besar berwarna gelap berbintik-bintik putih tersangkut pada mata kail. Diceritakan oleh Yustinus "Saat tersangkut, ikan tersebut tampak tidak melakukan perlawanan, tetapi setelah diangkat dan ditaruh dalam perahu ikan itu berontak hingga merusak beberapa barang dalam perahu".


Yustinus awalnya tidak mengetahui jenis ikan apa yang baru saja ia peroleh, bahkan ia sempat akan memotong dan mengkonsumsi ikan tersebut. Secara kebetulan Darwin Papendeng karyawan Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi datang dan berhasil mencegah ikan itu dipotong. Darwin Papendeng mengenali ikan
coelacanth itu, dengan segera ia menghubungi Dinas Perikanan Propinsi, Dinas Pariwisata dan media massa di Sulawesi Utara untuk mengabarkan penemuan coelacanth.

Penemuan ikan ini sangat menarik bagi Gubernur Sulawesi Utara Drs Sinyo H Sarundajang dan Menteri Perikanan dan Kelautan Freddy Numberi, yang kebetulan hari itu berada di Manado. Awalnya ikan ini ditaruh di Bahu Mall, tetapi untuk mempertahankan hidupnya agar bisa lebih lama,
coelacanth segera dipindahkan ke kolam yang lebih baik, di rumah makan City Extra Kalasey.

"Penemuan ini membuat Sarundajang menjadi sangat terobsesi dan berencana menjadikan ikan
coelacanth ini sebagai maskot pada World Ocean Conference di Manado tahun 2009 mendatang," dipaparkan Angelique Batuna, Project Leader WWF-Indonesia Bunaken Program.

Sangat disayangkan, ikan
coelacanth tersebut akhirnya mati pada hari Minggu 20 Mei 2007 pk. 01.00 WITA setelah sekitar 17 jam bertahan hidup. Kini ikan tersebut sedang dalam proses pengawetan dan akan digunakan untuk penelitian.

Untuk mengetahui lebih spesifik tentang ikan tersebut, pemerintah kota Manado dan beberapa instansi terkait, sedang menunggu kedatangan seorang
icthyologist (ahli ikan) dan hasil observasinya akan dipublikasikan dalam sebuah konperensi pers minggu depan.

Coelacanth
(pisces latimeriidae) pertama kali muncul dalam kehidupan sekitar 400 juta tahun silam dalam bentuk fosil. Setelah sekitar 70 juta tahun lalu ikan ini tidak ditemukan lagi, sehingga para ahli menduga ikan itu telah punah. Ikan purba ini panjangnya bisa mencapai 2 meter dengan berat 100 kilogram. Ikan ini tidak bertelur, tapi melahirkan anak.

Ikan
Coelacanth ditemukan pertama kali pada 23 Desember 1938 dari Laut India, tak jauh dari mulut Sungai Chalumna oleh Kapten Hendrick Goosen. Lalu oleh, kurator museum di East London, Marjorie Courtenay Latimer, ikan tersebut diserahkan kepada ahli ikan dari Universitas Rhodes, Prof. J.L.B. Smith. Maka akhirnya Untuk menghormati jasa Latimer dan Smith, ikan purba itu diberi nama Latimeria chalumnae smith. Habitat ikan Raja Laut ini diperkirakan berada pada kedalaman laut lebih dari 150 meter, perairan Kepulauan Komoro, sebelah barat Madagaskar. Tetapi sampai tahun 1990-an, beberapa individu tertangkap di perairan Mozambique, Madagaskar, dan Afrika Selatan dan pada 1998 untuk pertama kali tertangkap coelecanth spesies baru Coelacanth latimeria menadoensis pada jaring nelayan di perairan Manado Tua, Sulawesi Utara, yang spesimennya kini tersimpan di Museum Zoologi, Pusat Penelitian Biologi LIPI Cibinong.

Coelecanth sejak 18 Januari 1980 telah dimasukkan dalam Appendix I CITES (
Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna), yang menyatakan ikan ini tidak boleh diperdagangkan antarnegara. Coelacanth berasal dari kata-kata Yunani; coelia (berongga) dan acanthus (duri), yang berarti ikan dengan duri berongga dan tergolong ke dalam ordo Coelacanth hiformes. Dipaparkan oleh Ika Rachmatika S., dkk., dari Pusat Penelitian Biologi LIPI ada perbedaan karakter morfologi dan genetika antara Coelecanth latimeria chalumnae yang ditemukan di Kepulauan Komoro dan Coelecanth latimeria menadoensis yang ditemukan di Manado.

Perbedaan Latimeria chalumnae (Kepulauan Komoro) dan Latimeria menadoensis (Manado)
Jenis Perbedaan Latimeria chalumnae Latimeria menadoensis
1. morfologi dan genetika berwarna kebiruan dengan noda putih yang tidak beraturan pada sisiknya berwarna kecokelatan dengan noda putih yang tidak beraturan pada sisiknya
2. karakter meristik memiliki jumlah jari-jari pada sirip punggung kedua yang banyak, namun memiliki jumlah jari-jari sirip ekor tambahan sedikit. memiliki jumlah jari-jari pada sirip punggung kedua sedikit, namun memiliki jumlah jari-jari sirip ekor tambahan yang banyak.


Coelacanth
merupakan jenis ikan dengan karakter yang berbeda dengan ikan lainnya. Coelacanth memiliki "rostral organ" pada bagian pernapasan sebagai sistem electrosensory, dan engsel pada tengkorak yang memudahkan bagian depan tempurung kepala untuk bergerak lebih cepat, sehingga juga memperluas terbukanya mulut saat bernapas. Karekter ini tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Keunikan lain termasuk lubang pengisi cairan "notocord" (yang biasa dimiliki oleh vertebrata primitif), hal ini memperkuat tulang belakang dan panjangnya tubuh.

Teresia Prahesti

Dari berbagai sumber.